Seperti diketahui bahwa harga cabai akan bergejolak saat memasuki musim hujan. Untuk mengatasi gejolak harga cabai, terutama saat musim hujan pemerintah akan mendorong petani menanam cabai saat musim kemarau. Kecenderungan petani yang lebih suka menanam cabai pada musim hujan tersebut menurut membuat harga cabai saat musim hujan naik tinggi.
Sebaliknya jika menanam cabai pada musim kering, maka petani akan menghadapi kelangkaan air/sumber air terbatas, kurang modal karena tidak bisa membangun sumur atau menyewa pompa air karena ongkosnya mahal. Alasan lainnya adalah biasanya saat kemarau banyak hama penyakit dan pertumbuhan vegetatif terganggu, sehingga berpengaruh terhadap daya tahan tanaman
Untuk mendukung program pemerintah tersebut Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan mendapatkan alokasi sebanyak 7 (tujuh) hektar yang terdiri cabai rawit merah 1 (satu) ha dan cabai merah 6 (enam) ha yang tersebar di 3 (tiga) kecamatan.
Bantuan Pemerintah
Dalam gerakan ini setiap hektarnya akan mendapat bantuan sarana produksi budidaya cabai (benih bermutu, pupuk majemuk, pupuk hayati, dan mulsa plastik perak), sarana prasara budidaya cabai (pH meter, sprayer elektrik, rain shelter) dan sarana pasca panen cabai (keranjang panen). Bantuan pompa air dan irigasi sederhana ini sangat diperlukan mengingat tiap musim kemarau petani selalu menghadapi permasalahan ketersediaan air. Dengan bantuan ini diharapkan cabai dapat tanam pada musim kemarau,” katanya.
Selain itu adanya Sekolah Lapang GAP untuk petani cabai sebanyak 2 kelompok. Sekolah Lapang dan acuan teknis seperti Standar Operasional Prosedure (SOP) spesifik komoditas dan lokasi. SL-GAP cabai merupakan wahana bagi kelompok tani/gapoktan untuk saling belajar dan bertukar pengalaman antar anggota dan berinteraksi dengan pemandu lapang.
Kegiatan penerapan SL-GAP dimaksudkan untuk memperbaiki proses produksi menjadi lebih ramah lingkungan, meningkatkan kualitas produk sesuai standar dan memungkinkan dilakukan penelusuran balik, serta berfungsi sebagai percontohan teknologi dalam penerapan Good Agriculture Practices/Standard Operational Procedure (GAP/SOP) di kawasan sentra dan pengembangan cabai. Pada kegiatan SL-GAP, seluruh kriteria pedoman budidaya cabai yang baik akan diedukasikan dan dipraktekkan. Tujuannya adalah agar kelompok tani/gapoktan mampu menghasilkan produk cabai dan bawang merah yang aman konsumsi, bermutu, dan berdaya saing melalui penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.